Refleksi Hari Gizi Nasional; Dimanakah kita?


Beberapa dekade lalu, kata “gizi” mungkin sangat awam bagi masyarakat kita. Karena yang kita kenal sebagai pedoman makan adalah “Empat sehat lima sempurna”. Namun, sejak konsensus Roma tahun 1992, gizi mulai dikenal masyarakat luas, dan menjadi isu menarik baik global maupun nasional (Indonesia –red). Di Indonesia sendiri, sebagai hasil pertemuan Roma tersebut, pedoman empat sehat 5 sempurna tergantikan oleh Gizi seimbang.

Tantangannya adalah, gizi seimbang sangat kurang populer bila dibandingkan dengan 4 sehat 5 sempurna. Terbukti banyak petugas gizi, ketika ditanya pesan gizi seimbang, sulit menjawab secara sempurna. Bagaimana halnya dengan masyarakat awam? Perlu adanya strategi komunikasi yang efektif dan efisien untuk “memasyarakatkan” gizi seimbang secara menyeluruh. Gizi seimbang saat ini sebagai pedoman yang sangat cocok untuk kondisi masyarakat kita. Dengan melihat masalah kesehatan yang muncul, perilaku sehat masyarakat yang demikian cukup rendah, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan masih kurang maka para pakar menyepakati bahwa pedoman yang tepat adalah gizi seimbang.

Gizi seimbang merupakan gizi yang tercukupi, baik, halal, dan terdiri dari berbagai macam variasi makanan. Mengapa gizi ini sangat diperhatikan baik segi kualitas dan kuantitasnya? Kita semua yakin bahwa gizi telah berevolusi menjadi aspek vital untuk semua kelompok usia dalam fase kehidupan manusia. Dengan gizi yang baik, derajat kesehatan manusia akan meningkat dan pastinya akan berdampak pada produktivitasnya. Menurut dr. Anung Sugihantoro (Dirjen Gizi KIA) bahwa gizi baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian serta menjaga kestabilan pengeluaran pemerintah untuk membiayai angka kesakitan tersebut.

Hari ini tanggal 25 Januari 2015 kita peringati sebagai hari gizi nasional. Setiap tahun, secara nasional, para pemerhati gizi memperingati seremoni tersebut dengan berbagai cara. Namun, pada dasarnya kita diharuskan untuk merenung, merefleksikan setahun kemarin apakah kita sudah berbuat untuk masyarakat? Apakah kita sudah cukup berkontribusi membangun bangsa ini melalui gizi? Banyak hal yang masih menjadi pekerjaan rumah para pemerhati gizi, kesehatan, pangan, dan sektor lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Dimanakah posisi kita? Ini seakan menjadi “tamparan” tersendiri bagi kita bahwa apa yang bisa kita perbuat. Buah dari “tamparan” tersebut, pada tanggal 17 Januari 2015 kami beberapa para civitas akademika dari UNHAS mendirikan suatu wadah yang berangkat dari 3 prinsip, bercita-cita menurunkan masalah kesehatan masyarakat, menjadi “jembatan” agar setiap kebijakan pemerintah tepat sasaran dan bermanfaat untuk masyarakat, serta menjadi insipirator bagi sahabat-sahabat lainnya yang memiliki kepedulian terhadap isu gizi, kesehatan, dan pangan untuk tidak hanya berdiam diri.

Inilah saatnya berbuat bagi masyarakat, dengan keikhlasan dan “Bismillahirrahmanirrahim”.

Makassar, 25 Januari 2015

 KOPI PAGI 4

Andi Imam Arundhana (Komunitas Pemuda Peduli Pangan dan Gizi)

Leave a comment